Rabu, 23 Januari 2013

Saat Si Kecil Marah

Saat Si Kecil Marah

Abu dan Ummu sekalian, si kecil marah-marah mungkin adalah hal yang kerap kita jumpai, meski kapasitas marah mereka tidak seperti orang dewasa tentunya. Kemarahan mereka akan terlihat jelas ketika menghadapi teman sebayanya atau adiknya. Sebagai orangtua hendaknya menghadapinya dengan bijak. Perlu Abu dan Ummu ketahui, marah adalah perubahan yang terjadi saat darah yang ada di dalam hati bergejolak sehingga menimbulkan kepuasan di dalam dada.
Yang perlu diperhatikan pula oleh orangtua ketika anak-anak kita dalam kemarahan, itu adalah kesempatan untuk memberikan kepada mereka pelajaran adab dan etika ketika marah. Namun selayaknya pelajaran ini diberikan saat kemarahan anak telah reda. Berikut ini, di antara adab dan etika saat marah:
1. Jelaskan bahwa kemarahan datangnya dari setan. adalah gejolak yang timbulkan oleh setan. Dia mengakibatkan berbagai bencana dan malapetaka yang tak seorang pun mengetahuinya melainkan Allah ta’ala. Maka berilah pengertian pada anak, marah datangnya dari setan yang terkutuk. Diharapkan akan terpatri dalam diri anak, jika dia marah maka setan lah yang memberinya sehingga dia akan berhenti marah.
2. Kenalkan wasiat Rasulullah untuk meninggalkan marah. Shadits yang diriwayatkan Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu , bahwa seorang lelaki meminta nasihat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,
أَوْصِنِي قَالَ:لاَ تَغْضَبْ, فَرَدَّدَ ذَلِكَ مِرَارًا قَالَ لاَ تَغْضَبْ
“Berilah wasiat kepadaku.” Nabi bersabda, ‘Janganlah engkau marah.‘ itu mengulangi (permintaannya) beberapa kali. Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– tetap bersabda, ‘Janganlah engkau marah.’” (Bukhari)
3. Kenalkan pula dengan pahala bagi orang yang meninggalkan amarah. Di antara pahalanya sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam–,
“Janganlah marah, bagimu surga.” (Riwayat At Tabrani)
Juga sebagaimana sabda Rasulullah — shollallohu ‘alaihi wa sallam– yang lain,
مَنْ َكظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَاِدرٌ عَلىَ أَنْ يُنَفِّذَهُ, دَعَاهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ عَلىَ رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَ هُ مِنَ اْلحُوْرِ مَا شَاءَ
“Barang siapa yang menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya maka Allah k akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat untuk dipilihkan baginya bidadari yang dikehendakinya.” (Riwayat Abu Dawud)
4. Berilah salah satu kisah saat Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– pernah dipancing untuk marah, yaitu ketika seorang badui menarik selendang leher beliau. Walau demikian, beliau tidak memaki dan membencinya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Anas –rodhiyallohu ‘anhu–:
Aku berjalan bersama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, saat itu beliau memakai kain dari Najran yang kasar pinggirnya, kemudian seorang badui datang menghampirinya dan menarik kain itu dengan tarikan yang sangat kuat, sampai aku melihat pada leher Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– di mana tarikan itu sampai membekas karena kuatnya tarikan tersebut, kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad perintahkanlah (kepada kaummu) untuk membagikan kepadaku harta dari Allah yang ada di padamu, kemudian Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam– meliriknya sambil tersenyum lalu beliau memerintahkan untuk diberikan bagian tertentu baginya.” (Mutaffaqun Alaihi)
5. Mengetahui bahwasanya menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa, hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala,
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَالْعَاِفيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya secara sembunyi dan terang-terangan dan orang yang menahan kemarahan serta memaafkan manusia, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (Ali Imraan: 134)
Demikian beberapa pelajaran dari Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– saat marah mendera. Insya Allah edisi depan akan kita bahas beberapa tips dalam menghadapi marah yang bisa di ajarkan pada si kecil. Semoga bermanfaat. (abahnya shofi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar